Pada waktu Rasululah ditanya,
bagaimana kami membaca sholawat atas paduka? Rasulullah menjawab, bacalah
“Allahumma Sholli ‘Ala Muhammad Wa ‘Ala Aali Muhammad” tetapi di dalam
keterangan ahli taqlid selalu digunakan tambahan Sayyidina, sunahkah tambahan
itu?
Fathul
Mu’in hanya menerangkan:
لاَبَأْسَ
بِزِيَادَةِ سَيِّدِنَا قَبْلَ مُحَمَّد
Tidak
ada bahayanya dengan tambahan kalimat sayyidina sebelum kalimat Muhammad.
Adakah
pada saudara dalil yang melarang tambahan sayyidina?
لاَ
تَُسَوِّدُنِى فِى الصَّلاَةِ
Bukankah hadits itu melarang membaca
sayyidina di dalam sholat?
Di
manakah saudara dapat hadits itu? Saya tanyakan ini sebab sayyada yusayyidu
سَيَّدَ -
يُسَيِّدُ
di
dalam lughoh tidak atau belum pernah saya menjumpainya, yang ada di
dalam lughoh itu sawwada-yusawwidu.
سَوَّدَ -
يُسَوِّدُ
Jadi
termasuk fi’il yang wawiyyul ‘ain, bukan yaiyyul ‘ain sedang kalimat Sayyid itu
aslinya saiwid ‘ala wazni Fa’yil dari Sa’da-Yasudu. Wawu (و) diganti dengan Ya’
(ي) kemudian ya’ awal di-idghomkan pada ya’ tatsniyah, berdasar:
إِنْ
يَسْكُنِ السَّابِقُ مِنْ وَاوٍ وَيَا *
وَاتَّصَلاَ وَمِنْ عُرُوْضٍ عَرِيَا *
فَيَاءًا الوَاوَ اقْلِبَنَّ مُدْغَمَا.
وَاتَّصَلاَ وَمِنْ عُرُوْضٍ عَرِيَا *
فَيَاءًا الوَاوَ اقْلِبَنَّ مُدْغَمَا.
Adapun
masdarnya siyadatan itu asalnya juga siwadatan, kemudian wawu diganti dengan
ya’, seperti qiyam asalnya Qiwam, dan Inqiyad asalnya Inqiwad, berdasarkan:
ذَا
أَيْضًا رَوَوْا فِي مَصْدَرِ اْلمُعْتَلِّ عَيْنًا
Lihat
al-Khulashoh bab Ibdal. Apakah saudara juga akan berkata bahwa Tusayyidu itu
asalnya Tusawwidu? Kemudian sekaligus wawu dua diganti dengan ya’ dua? Jika
demikian apakah dasarnya? Baiklah! Andaikata hadits itu shohih, dan benar
Tusayyidu itu asalnya Tusawwidu, itu juga tidak melarang orang membaca
Sayyidina. Sebab arti harfiahnya (letterlijk) adalah ”Jangan engkau mempertuan
aku di dalam sholat”. Kami membaca "sayyidina" itu, tidak kami
maksudkan mempertuan, akan tetapi sekedar menyesuaikan dengan kedudukan Nabi
sebagai Sayyidu Waladi Adam.
Bukankah kalimat sayyidu itu artinya
tuan, itu dalam bahasa Arab (Jawa) bendoro?
Tidak
selamanya kalimat sayyidina itu mempunyai arti tuan itu bendoro, tapi juga yang
artinya: yang mulia, yang terhormat, pemimpin bahkan ada yang artinya suami.
Bacalah ayat 55 surat Yusuf.
وَأَلْفَيَا
سَيِّدَهَا لَدَى اْلبَابِ.